TELAGA NGEBEL DAN ASAL USUL CERITA LEGENDA BARU KLINTING
Cerita Legenda Telaga Ngebel Ponorogo
Telaga ngebel merupakan sebuah danau yang terletak dilereng gunung wilis
Tepatnya di kecamatan ngebel kabupaten ponorogo
Telaga ini memiliki pemandangan yang Indah, udara yang sejuk dan tempat yang sangat asri.
Sekarang sedang dikembangkan untuk destinasi wisata di daerah Ponorogo tersebut.
Menurut cerita yang berkembang di masyarakat Legenda Telaga Ngebel bermula dari sepasang suami istri yang memiliki anak seekor naga dan di beri nama BARU KLINTING, mereka malu karena memiliki anak seekor naga dan memutuskan untuk meninggalkan desa kampungnya, mereka mengungsi kepuncak gunung dan meminta kepada dewa agar mengembalikan wujud putranya menjadi manusia.
Doa mereka pun di dengar oleh dewa, namun ada syarat yang harus dipenuhi, yaitu Baru Klinting harus melakukan pertapaan selama 300 tahun, dengan cara melingkarkan tubuhnya di Gunung Wilis, namun sayangnya tubuh baru Klinting kurang satu jengkal untuk melingkari gunung tersebut, untuk menutupi itu Baru Klinting menjulurkan lidahnya hingga menyentuh ujung ekornya, syarat yang kedua adalah ayah Baru Klinting harus memotong lidah Baru Klinting yang sedang bertapa tersebut, Baru Klinting tidak menolak karena ia ingin menjadi manusia dan akan melakukan apapun agar keinginannya tercapai.
Disaat waktu bertapa Baru Klinting hampir selesai, ada seorang kepala desa dikampung tersebut yang akan menikahkan anak perempuanya, mereka akan mengadakan pesta besar besaran, untuk itu ia membutuhkan bahan makanan yang sangat banyak, para warga pun ikut membantu kepala desa tersebut mencari bahan makanan di hutan, namun warga tidak menemukan hewan buruan satu pun, sekelompok warga akhirnya istirahat karena lelah mencari hewan buruan, salah seorang warga mengayunkan parangnya kepohon tumbang dan alangkah terkejutnya warga ketika melihat parangnya berlumuran darah, mereka baru menyadari bahwa yang mereka tebas bukanlah pohon tumbang melainkan tubuh ular naga ( Baru Klinting ). Warga langsung mengambil daging ular tersebut untuk dijadikan makanan saat pesta pernikahan nanti.
Hari yang ditunggu pun tiba yaitu hari berakhirnya masa pertapaan Baru Klinting yang bertepatan pula di hari pernikahan Putri dari kepala desa, Baru Klinting pun berubah menjadi seorang anak kecil, namun Baru Klinting mengalami kesusahan saat berbicara karena lidahnya dipotong sebagai syarat untuk menjadi manusia, bukan hanya itu tubuhnya juga penuh dengan bekas luka lantaran saat bertapa tubuhnya disayat - sayat untuk diambil dagingnya oleh warga.
Kemudian Baru Klinting berjalan menuju tempat diadakan pesta pernikahan, karena dia merasa lapar dan meminta makanan kepada warga, namun tak seorang pun warga yang merasa kasihan ataupun peduli malah mengejeknya dan mengusirnya pergi.
Melihat keadaan Baru Klinting ada seorang wanita tua ( Nyai Latung ) yang kasiahan padanya dan memberikan makan kepada Baru Klinting, Baru klinting memakan dengan lahap nasi yang di berikan Nyai Latung tetapi Baru Klinting tidak mau memakan daging tersebut.
" Bu sebelumnya saya berfikir bahwa sudah tidak ada orang yang baik di kampung ini, tetapi masih ada orang baik seperti ibu ini, tolong ibu segera menyiapkan LESUNG ( Tempat Menumbuk Padi ), jika ada sesuatu terjadi mohon sesegera ibu naik ke lesung tersebut "
Begitulah pesan Baru Klinting kepada Nyai Latung selesai makan, Nyai Latung pun menuruti ucapan Baru Klinting tanpa banyak pertanyaan kenapa. Lalu, Baru Klinting kembali ke tempat pesta pernikahan dengan membawa sebatang lidi, setelah sampai di tempat pesta pernikahan Baru Klinting menancapkan lidi tersebut ke tanah di depan tempat pesta tersebut.
" Hai semua warga, aku memiliki sekerat daging aku akan memberikan daging ini kepada kalian jika kalian mampu mencabut lidi ini, tetapi jika kalian tidak mampu mencabut lidi ini maka kalian harus memberikan semua daging yang kalian masak kepadaku "
" Baiklah jika hanya mencabut sebatang lidi saja semua orang juga bisa " sahut seorang warga.
Warga satu persatu mulai mencoba mencabut lidi tersebut namun tidak seorang pun yang mampu mencabutnya, warga juga tidak mau memberikan daging yang mereka masak kepada Baru Klinting.
" Lihatlah ketamakan kalian wahai manusia, lihatlah ketidakpedulian kalian kepada sesama, kepada manusia cacat sepertiku, bahkan kalian tidak mau mengembalikan hakku! Ketahuilah, daging yang kalian masak itu adalah dagingku saat aku menjadi ular naga.
Baru Klinting pun segera mencabut lidi tersebut, dari bekas tancapan lidi tersebut mengucur air yang tiada berhenti terus menerus hingga menenggelamkan kampung tersebut.
Genangan air tersebut berubah menjadi sebuah telaga, dan wanita tua ( Nyai Latung ) yang memberi makan Baru Klinting selamat karena naik Lesung dan sejak itu pula Baru Klinting berubah menjadi ular naga dan melingkarkan tubuhnya di dasar telaga yang bentuknya menyempit bagian bawah itu, saat ini telaga itu masuk di daerah ngebel dan di beri nama " TELAGA NGEBEL ".
Comments
Post a Comment